
Halo, Sobat NoTa! Pada hari Rabu (18/1/2023) SMAN 94 Jakarta bersama BPBD DKI Jakarta melaksanakan kegiatan Penyuluhan Penanggulangan Bencana dengan tema “Tips and Trik Bagaimana Cara Evakuasi Korban Bencana Alam”. Penasaran acaranya seperti apa? Yuk, disimak!
Kegiatan ini diikuti oleh seluruh siswa/i SMAN 94 Jakarta. Tujuan dilaksanakannya kegiatan penyuluhan dan simulasi penanggulangan bencana ini adalah agar seluruh siswa/i di lingkungan SMAN 94 Jakarta dapat memahami tindakan apa yang perlu diambil pada saat terjadi bencana alam seperti gempa bumi dan kebakaran.
Kegiatan dibuka oleh Wulandari selaku MC. Kemudian Kepala SMAN 94 Jakarta, Bapak Eko Prasetyono, S.Pd., M.Si. memberikan beberapa kalimat sebagai sambutan dimulainya acara tersebut. Dilanjutkan pemberian materi tentang simulasi penanganan bencana alam oleh Kak Oya sebagai narasumber, Kak Oya menjelaskan mengenai Pergub 187 Tahun 2016 terkait Sekolah/Madrasah Aman Bencana (S/MAB) memiliki 3 Pilar, yaitu:
- Fasilitas sekolah aman
- Manajemen bencana di sekolah
- Pendidikan pencegahan dan pengurangan resiko bencana.
Kak Oya juga menyinggung bahwa ada 10 indikator utama Sekolah pada saat bencana, salah satunya adalah adanya Peta Resiko Bencana Di Sekolah. “Sekolah harus memenuhi ini, karena sekolah yang paling tahu bagaimana kondisi sekolah itu sendiri.” ucapnya. Selain itu, masih ada beberapa indikator sekolah lainnya, seperti:
- Ditetapkannya peta ancaman bencana sekolah oleh Kepala Sekolah/Madrasah
- Ditetapkannya prosedur tetap (SOP) penanggulangan ancaman bencana sekolah oleh Kepala Sekolah/Madrasah
- Ditetapkannya rencana aksi sekolah aman bencana oleh Kepala Sekolah/Madrasah
- Diterapkannya tim siaga bencana di sekolah oleh Kepala Sekolah/Madrasah
- Tersedia dan diajarkannya modul penanggulangan bencana banjir, kebakaran, gempa bumi dan angin topan bagi siswa sekolah/madrasah
- Tenaga pengajar yang berkemampuan membimbing dan membina pelaksanaan S/MAB
- Tersedianya sarana dan prasarana keselamatan
- Terlaksananya simulasi penanggulangan bencana di sekolah/madrasah minimal satu kali dalam setahun
- Terlaksananya pemantauan dan evaluasi kegiatan S/MAB
- Disosialisasikannya S/MAB di lingkungan sekolah oleh manajemen sekolah

Nah, itu dia 10 indikator utama sekolah pada saat bencana, informasi yang berguna bukan?. Selanjutnya, Kak Oya menjelaskan mengenai Sejarah Gempa Di Jakarta. Jakarta telah mengalami empat gempa yang merusak, yakni pada 1699, 1757, 1880, dan 1834 (Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati). 22 Januari 1780 merupakan gempa terbesar yang pernah terjadi di pulau Jawa, dengan kekuatannya mencapai 8,5 skala Richter. Dikatakan bahwa getarannya terasa di seluruh Jawa dan Sumatera bagian selatan, juga membuat Batavia porak-poranda.

Menurut Kak Oya, wilayah DKI Jakarta dinilai rentan terkena dampak gempa bumi karena dikepung patahan aktif dan tanahnya sangat lunak. Oleh karena itu, kita diharapkan memiliki kesiapsiagaan karena tidak ada yang benar-benar tahu kapan gempa akan terjadi. Banyak dampak yang ditimbulkan akibat gempa bumi, seperti banyak bangunan roboh, timbulnya kebakaran akibat korsleting, tanah longsor akibat guncangan, banjir akibat rusaknya tanggul, permukaan tanah menjadi merekat dan jalan menjadi putus, gempa di dasar laut yang berpotensi tsunami, bahkan memakan korban jiwa.
Kak Oya juga menjelaskan apa yang harus dilakukan saat tidak terjadi gempa, saat gempa itu terjadi, dan setelah terjadi gempa. Yang harus dilakukan saat tidak terjadi gempa adalah, pastikan tersedianya perlengkapan darurat yang letaknya mudah dijangkau. Persiapkan rencana evakuasi di tempat kita berada, pelajari bagaimana cara mematikan gas, listrik, dan air, serta jangan menaruh benda-benda berat diatas rak-rak.
Lalu, bagaimana saat gempa itu terjadi? hal pertama yang harus dilakukan yaitu, jangan panik dan bingung, segera cari tempat perlindungan seperti dibawah kursi dan meja, merapat ke tiang/kolom, dan manfaatkan tas atau benda lainnya untuk berlindung. Jika dirasa sudah cukup aman, segera evakuasi diri sendiri menggunakan tangga darurat dengan tertib dan teratur, menjaga jarak dengan material yang rusak, lihat sekitar dan pastikan jalan yang kita lalui aman, dan tetap menjaga jarak dari struktur bangunan dan pohon-pohon.
Nah, berikutnya apa yang harus kita lakukan jika gempa telah usai? Pertama, periksa keadaan diri sendiri dan orang lain disekitar, berikan pertolongan pertama bagi orang yang membutuhkan. Kedua, menjaga jarak dari area yang mengancam, seperti bangunan yang akan runtuh. Ketiga, menjaga jarak dari wilayah pantai, untuk menghindari jika terjadi tsunami. Terakhir, segera update informasi tentang gempa tersebut.
Berikutnya dijelaskan mengenai tindakan yang harus dilakukan Floor Warden jika terjadi gempa bumi, yaitu:

- Segera umumkan gempa kepada lingkungan sekitar, bisa berteriak “GEMPA!!” atau bunyikan alat yang telah disepakati.
- Himbau seluruh penghuni lantai untuk segera berlindung (diri sendiri ikut berlindung).
- Segera umumkan jika gempa sudah selesai, bisa berteriak “GEMPA SELESAI!!” atau bunyikan alat yang telah disepakati.
- Himbau seluruh masyarakat untuk melaksanakan evakuasi mandiri menuju titik kumpul (sambil evakuasi diri sendiri).
- Bariskan di titik kumpul, masing-masing floor warden menghitung jumlah penghuni lantai dan melaporkan kepada penanggung jawab seluruh lantai (captain floor).
- Jika kurang lengkap captain floor memberi info kepada tim profesional yang akan menyisir bangunan.
Setelah materi yang diberikan oleh Kak Oya selesai, kegiatan dilanjutkan dengan simulasi evakuasi korban bencana alam yang akan diikuti oleh seluruh siswa/i SMAN 94 Jakarta. Simulasi dimulai dengan bunyi sirine sebagai tanda bahwa telah terjadi gempa bumi, para murid diperintahkan untuk berlindung dibawah meja dan kursi masing-masing sambil menunggu keadaan aman. Setelah dirasa gempa berhenti, para murid di arahkan untuk segera evakuasi ke tangga darurat terdekat dengan tertib dan bergegas ke titik evakuasi.
Sesampainya di titik evakuasi, para murid diberikan pembinaan mengenai cara melindungi diri sendiri dari gempa, terutama bagian kepala dan tengkuk. Mereka juga diberi penyuluhan seperti tata cara evakuasi mandiri. Setelah selesai, para murid diperbolehkan kembali ke kelasnya masing-masing.
Wah, bermanfaat banget nih penyuluhan dan simulasinya! Setelah membaca ini, apakah kalian dapat melakukannya jika terjadi bencana alam? Apakah kalian siap membantu satu sama lain? Yuk, kita terapkan!
Penulis: Divisi Artikel Nota Journalistic Club